Total
utang Pemerintah Indonesia per Mei 2012 mencapai Rp 1.944,14 triliun, utang
tersebut terdiri dari pinjaman luar negeri Rp 638 triliun, pinjaman dalam
negeri sebesar Rp 1 triliun, dan sisanya surat berharga negara (SBN).
Saya,
jelas bukan ahli ekonomi. Saya hanyalah rakyat biasa yang terperangah melihat
angka-angka ini. Saya mengalami kesulitan menghitung, misalnya berapa hutang
setiap warga Negara Indonesia, sepertinya sudah lebih dari 80 juta tiap orang
kalau jumlah penduduk 235 juta. Dan berapa lama kita rakyat harus menanggung
hutang-hutang ini. Serta siapa sebenarnya yang memperoleh keuntungan terbesar
dari mega hutang ini. Lalu apakah hutang-hutang ini digunakan secara bijaksana
dan efektif serta efisien.
Disisi
lain, APBN 2013 juga menyatakan belanja subsidi 317,2 triliun rupiah, yang menurut banyak pengamat akan “lari” ke subsidi BBM. Namun siapa sebenarnya penikmat
terbesar dari mega subsidi ini. Menurut banyak pihak, sebagian besar subsidi
dinikmati oleh kalangan orang kaya. Orang miskin hanya menikmati sedikit saja. Oleh
karena itu tampaknya mekanisme subsidi ini haruslah ditinjau ulang.
Negeri
kita tercinta ini kini mungkin telah terlilit hutang yang sangat besar dan
terjebak dengan kebiasaan untuk membayar hutang lama pakai hutang baru, yang
lebih besar dari hutang sebelumnya atau yang lebih dikenal dengan istilah
“refinancing”. Besarnya anggaran subsidi BBM dan listrik berpotensi meningkatkan defisit anggaran negara, karena penerimaan negara lebih kecil dari belanja negara. Defisit anggaran ini, harus ditutupi, Salah satu caranya dengan mencari pinjaman atau utang baru. Lalu siapa penikmat terbesar hutang-hutang ini? Saat ini, pemerintah
memiliki sejumlah instrument keuangan yang cukup banyak. Salah satunya
menerbitkan obligasi dengan bunga menarik biasanya lebih tinggi dari bunga
deposito bank. Kata banyak orang di banyak media, sebagian sumber hutang Negara
berasal dari berbagai jenis obligasi ini.
Nah,
pembeli obligasi bisa sebuah perusahaan atau lembaga dan bisa juga
perseorangan. Jadi penikmat bunga hutang Negara adalah perusahaan-perusahaan
besar, termasuk lembaga keuangan bank dan non-bank, serta para orang kaya raya.
Mereka juga adalah kelompok yang menghendaki Indonesia terus membuat hutang
baru. Supaya, mereka bisa memutar uangnya kembali. Dan tentu saja, menikmati
kehidupan mewah dari hasil “kerja” uang yang ditanam dalam hutang Negara. Lalu apa
saja yang sebenarnya dinikmati rakyat dan bagaimana cara untuk membayarannya
kembali?
Persoalan
kedua yang besar adalah soal subsidi BBM. Negara kita, termasuk rakyat,
tampaknya memandang soal subsidi BBM ini sepeti bola api besar. Sepertinya
tidak ada seorangpun yang berani memadamkan “api” subsidi BBM ini. “Api” ini
terus membesar dan “membakar” APBN sehingga Negara kesulitan untuk membangun infrastruktur
yang memadai untuk rakyatnya.
Hutang Indonesia |
Sumber : Dari berbagai sumber