Karakteristik Proyek Kredit Investasi

Berdasarkan tujuan penggunaan nya pemberian kredit untuk tujuan produktif (komersial) oleh bank kepada debitur dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu : pembiayaan untuk memenuhi kekurangan pendanaan aktiva lancar yang lazim disebut dengan Kredit Modal Kerja (KMK) dan pembiayaan untuk memenuhi kekurangan pendanaan aktiva tetap yang lazim disebut dengan Kredit Investasi (KI). Dengan demikian Kredit Investasi dapat diartikan sebagai pemberian fasilitas kredit kepada perusahaan dan atau perorangan untuk membiayai kebutuhan dana jangka panjang dalam rangka pembelian, pembangunan, perluasan, pembaharuan (renovasi) aktiva tetap produktif beserta biaya-biaya yang menyertainya. Kredit Investasi dapat diberikan untuk keperluan investasi yang sifatnya sangat sederhana seperti pembelian mesin fotocopy untuk debitur yang memiliki usaha jasa fotocopy, pembelian/pembangunan ruko untuk usaha toko bahan bangunan, sampai dengan pembiayaan dalam proyek besar yang complicated seperti proyek pembangunan industry kimia / pupuk, proyek kilang minyak, dan proyek penambangan emas.

Beberapa karakteristik Kredit Investasi adalah sbb :

a. Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan merupakan kebijakan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga apabila terdapat kekeliruan dalam perencanaan dan atau kegagalan proyek investasi tidak mudah dilakukan koreksi atau penyesuaian secara fleksibel sebagaimana dalam pembiayaan untuk aktiva lancar (modal kerja).

b. Apabila proyek investasi tersebut gagal, pasar untuk barang-barang modal bekas sangat terbatas bahkan tidak ada, khususnya untuk barang yang sangat spesifik. Proyek yang sederhana umumnya memiliki tingkat risiko rendah baik dilihat dari eksposur maupun dari tingkat kompleksitasnya, sedangkan proyek-proyek besar/raksasa umumnya memiliki kompleksitas risiko sangat tinggi.

Pembiayaan untuk investasi di segmen Mikro dan Ritel umumnya memiliki tingkat kompleksitas risiko yang lebih rendah dibandingkan investasi di segmen Menengah. Pemahaman dasar ini sangat penting untuk menentukan pilihan pendekatan analisis risiko yang sesuai, misalnya pembiayaan investasi untuk sektor Mikro dan Ritel dimungkinkan tidak menggunakan studi kelayakan secara formal tetapi justru memerlukan judgement dalam bentuk penyederhanaan pendekatan analisis yang lebih applicable. Sebaliknya proyek segmen Menengah dan Korporasi yang kompleks dengan skala yang besar memerlukan studi kelayakan dan pendekatan analisis kredit yang lebih mendalam untuk menghindari risiko gagalnya proyek.

Penentuan intensitas studi kelayakan dan kedalaman pendekatan analisis kredit, dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Jumlah dana yang diinvetasikan.

b. Tingkat ketidakpastian proyek dikarenakan untuk suatu proyek yang menggunakan dana besar memerlukan periode waktu dan keahlian tertentu didalam menyelesaikan suatu proyek sehingga adanya kemungkinan suatu proyek gagal diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Didalam pengertian penyelesaian proyek disini tidak hanya selesaianya suatu proyek secara fisik tetapi termasuk kemampuan dari proyek didalam menghasilkan cash flow sehingga dana yang diinvestasikan dapat memberikan keuntungan kepada pemilik proyek.

c. Kompleksitas elemen yang mempengaruhi proyek, seperti : pertumbuhan ekonomi, prediksi transaksi ekspor-impor, country risk, pendapatan produk domestik, nilai tukar rupiah, dan lain-lain.

Tinggalkan Komentar: