Nilai
tukar rupiah diperkirakan akan menembus level Rp 10.000 per dollar AS di tahun
ini. Hal itu seiring dengan harga komoditas yang belum stabil. Global Head of
Forex Research Standard Chartered Bank Callum Henderson menjelaskan isu neraca
perdagangan yang masih defisit bisa menekan nilai tukar rupiah. Pasalnya,
defisit tersebut disebabkan kenaikan harga komoditas dan memburuknya ekspor.
"Rupiah
di akhir semester I-2013 ini bisa menembus Rp 10.000 per dollar AS. Namun di
akhir tahun bisa menguat kembali ke Rp 9.500 per dollar AS," kata Callum
di Hotel Mandarin Jakarta, Jumat (11/1).
Menurutnya,
defisit neraca perdagangan Indonesia pada akhir tahun 2012 (khususnya November
2012) merupakan yang tertinggi di dunia. Hal ini yang menyebabkan rupiah terus
terpuruk terhadap nilai tukar mata uang asing, khususnya dollar AS.
Namun,
menurut Callum, neraca perdagangan yang defisit tersebut bukan terlalu menjadi
masalah bagi Indonesia. Sebab, defisitnya tercipta dari penurunan ekspor
Indonesia. Terlebih lagi, 65% ekspor Indonesia merupakan ekspor komoditas yang
mayoritas harganya anjlok di dunia.
"Ini
masalah siklikal (terkait siklus) saja. Lambat laun, harga komoditas akan
membaik, ekspor juga membaik, dan neraca perdagangan juga akan surplus.
Imbasnya rupiah juga akan menguat," tambahnya.
Nilai Tukar Rupiah Mencapai Rp.10.000,-/1USD |
"Hingga
akhir 2012 lalu, cadangan devisa BI masih US$ 112,78 miliar. Itu masih
cukup," kata Fauzi. Terlebih lagi, BI juga masih punya kebijakan Devisa
Hasil Ekspor yang memaksa para pengekspor untuk menaruh dananya di perbankan
nasional. Hal ini masih bisa menambah posisi cadangan devisa BI beberapa waktu.
Sumber
Sumber